Keripik
jamur tiram sebenarnya bukan makanan baru. Jamur tiram sendiri mulai di
budidayakan di Indonesia sudah lebih dari 10 tahun yang lalu.
Tapi
pernahkah anda berfikir sejauh apa efek ekonomi yang anda hasilkan dari mengkonsumsi
jamur tiram?
Seperti
halnya sepiring nasi yang tidak hadir begitu saja, jamur tiram juga bisa hadir
sebagai salah satu menu anda setelah melalui serangkaian proses yang melibatkan
banyak orang.
Sebagai
titik awal, Proses budidaya jamur tiram kita ambil dari para
pengusaha log.
Pengusaha log biasanya masih berstatus UKM baik yang dikelola secara
perseorangan atau kelompok tani. Satu usaha pembibitan log setidaknya
menghidupi sekitar 5-10 orang tenaga kerja usia produktif dari lingkungan
sekitar. Bahkan penulis pernah menjumpai pengusaha log yang menampung anak-anak
putus sekolah atau memang sekedar mencari uang saku selepas sekolah.
Itung-itung dari pada main mendingan bermain-main tapi dapat duit. Pengusaha
log tentu cukup bijaksana untuk tidak membebani anak-anak dengan beban
pekerjaan berlebih.
Bahan
baku pembuatan log sendiri telah menyangkut beberapa bidang pekerjaan. Misalnya
serbuk gergaji, semula serbuk gergaji hanya berupa limbah. Penyerapan serbuk
gergaji paling banter cuma dipakai untuk kebutuhan kandang kuda yang serapan
pasarnya sangat sedikit. Bagaimanapun dengan adanya budidaya jamur, serbuk
gergaji mempunyai pasar tersendiri yang jauh lebih lebar yang secara langsung
maupun tidak pasti ikut andil dalam perputaran ekonomi di wilayah penghasil
kayu terutama para pekerja.
Pemulung
meskipun tidak terlibat secara langsung dalam budidaya jamur tiram namun
sedikit banyak ikut menikmati keuntungan ekonomi dari industry ini. Pemulung
banyak berjasa dalam menyediakan botol-botol bekas yang di gunakan sebagai
media pembibitan. Setelah beberapa kali mengunjungi produsen bibit dapat saya
gambarkan satu produsen bibit membutuhkan setidaknya 400-500 botol bekas.
Meskipun
beberapa produsen bibit juga memproduksi log jamur, banyak para pengusaha yang
hanya focus pada produksi bibit jamur. Sama halnya dengan produsen log, satu
pengusaha bibit dapat mempekerjakan karyawan setidaknya 5-6 orang.
Petani
merupakan jumlah terbanyak dalam industry ini. Satu orang petani rata-rata
memiliki sekitar 2000 log jamur. Rata-rata petani membudidayakan jamur tiram
sebagai penambah penghasilan keluarga. Untuk memelihara 2000 log jamur tiram,
seorang petani hanya menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam setiap harinya. Dan
biasanya waktu perawatan masih di luar pekerjaan utama. Misalnya untuk panen
jamur tiram biasanya dilakukan sehabis subuh dan pekerjaan sudah selesai
sebelum jam 6 pagi. Sehingga pagi harinya bisa pergi ke sawah atau ladang.
Meskipun
banyak orang mungkin tidak suka tetapi tetap harus penulis akui bahwa tengkulak
merupakan peraih keuntungan terbesar dalam industry ini.
Semakin
berkembangnya industry ini, berkembang pula ornag-orang yang terlibat
didalamnya. Jika pada mulanya jamur tiram hanya dikonsumsi sebagai sayur,
sekarang jamur tiram dapat dijumpai dalam berbagai olahan seperti es krim,
bakso, nudget, sate, gudeg maupun keripik jamur tiram.
Munculnya
industry-industri pengolahan jamur tiram ini tentu saja membuka lapangan
pekerjaan baru. Seorang pengusaha pengolahan jamur tiram skala UKM bisa
mempekerjakan 2-3 orang. Bertambahnya usaha pengolahan jamur tiram tidak hanya
berdampak secara ekonomi pada orang-orang didalamnya, Namun juga berimbas pada
bidang pekerjaan yang lain.
Misalnya
pengolahan keripik jamur tiram, pasti membutuhkan alat-alat penggorengan, mesin-mesin
pemeras minyak serta mesin-mesin pengolah lain yang banyak di antaranya
menggunakan hasil produksi dari berbagai UKM rekayasa teknologi tepat guna yang
sudah anda ketahui berapa banyak karyawan yang bekerja dalam bidang ini.
Keripik
jamur tiram yang kami sajikan ke hadapan anda telah melalui serangkaian proses
pergerakan ekonomi yang panjang. Selain nilai gizinya yang relative tinggi,
mengkonsumsinya berarti ikut memutar ekonomi sekian banyak pekerja yang
terlibat didalam proses panjangnya.
No comments:
Post a Comment